Hal itu disebabkan adanya pengaruh antihormon diuresis pada pertambahan penetrasi pipa-pipa ginjal jauh serta pipa-pipa dan saluran penghimpun, sehingga mempercepat penyerapan air dan mengurangi pengeluarannya. Keduanya juga bersama-sama mengontrol konsentrasi-konsentrasi sodium di luar sel, sehingga ketika konsentrasi sodium naik, maka tingkat perlindungan air dalam tubuh ikut naik.
Pada tahun 1997, majalah Jam'iyyah Malakiyyah li Ash- Shihhah mempublikasikan sebuah kajian mengenai aktivitas sehari-hari, performa belajar, dan kesehatan selama puasa Ramadhan. Penelitian ini dilakukan di Jurusan Nutrisi dan Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Kuwait untuk mengungkap pengaruh puasa Ramadhan pada aktivitas sehari- hari, kesehatan, dan performa belajar sejumlah sivitas akademika.
Responden berjumlah 265 orang (163 laki-laki dan 102 perempuan) dengan kisaran usia 20-72 tahun dan sebagian besar mereka (97 %) tinggal bersama keluarga mereka.
Analisis menunjukkan, sebagian besar responden berada pada tingkat ketegangan yang terendah dan dalam kondisi vitalitas spiritual yang baik. Mereka minum bahan yang mengandung sedikit kafein dan jarang merokok.
Perubahan berat badan pada masing-masing responden bervariasi. Sekitar 48 % responden tidak mengalami perubahan berat badan, 35 % mengalami sedikit perubahan, dan 13 % mengalami kenaikan. Sementara penurunan berat badan kebanyakan dialami oleh mereka yang sakit.
Di sisi lain, mereka yang sakit juga secara berangsur beranjak sembuh, terlebih mereka yang menderita sembelit dan gangguan saraf pada sistem pencernaan. Tercatat, lebih dari 50 % responden mengalami peningkatan sedikit dalam beraktivitas, antusiasme dalam belajar, dan kemampuan berkonsentrasi.
Penghentian konsumsi air selama puasa juga sangat efektif untuk meningkatkan mekanisme konsentrasi urin di dalam gmjal serta meningkatkan kekuatan osmosis urin hingga mencapai 1-000 sampai 12.000 mil osmosis/kg air. Mekanisme penting ini akan meningkatkan perlindungan dan keselamatan fungsi-fungsi ginjal.
Selain itu, pantangan minum selama berpuasa bisa meminimalkan volume air di dalam pembuluh darah. Pada gilirannya ini akan memacu kinerja mekanisme lokal pengatur pembuluh darah dan bisa menambah produksi prostaglandin yang memiliki pengaruh beragam dengan sedikit dosis, sebab ia memiliki peran dalam memacu vitalitas dan aktivisme sel- sel darah merah.
Allah SWT sengaja mendesain tubuh manusia agar mampu memproduksi air dari berbagai proses dan konversi kimiawi yang terjadi di dalam seluruh sel tubuh.
Selama proses metabolisme makanan, dan pembentukan energi di dalam liver, ginjal, otak, darah, dan semua sel, terbentuklah partikel-partikel air yang diperkirakan oleh para ilmuwan bisa mencapai debit antara sepertiga hingga setengah liter per hari. Air hasil proses dan konversi kimia ini disebut air intrinsik (intrinsic ivater).
Selain menciptakan air intrinsik, Allah swt juga menciptakan makanan intrinsik. Makanan tersebut berasal dari sampah-sampah oksidasi yang diolah menjadi glukosa baru melalui proses konversi asam laktat dan pyruvate yang merupakan hasil oksidasi glukosa.
Sampah-sampah oksidasi glukosa diangkut menuju liver, lalu oleh liver dijadikan bahan bakar untuk memproduksi glukosa baru di dalam liver. Setiap hari produksi glukosa baru dari kedua asam ini bisa mencapai 36 gram, belum lagi ditambah dengan glukosa baru yang terbentuk dari gliserol dan asam amino.
Sumber: Terapi Puasa, Oleh Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi dan kutipan dari: L.Stryer, Biochemistry
No comments:
Post a Comment