Sunday, July 22, 2012

Puasa Bisa Meremajakan Sel Tubuh

Sunnatullah menentukan, bahwa kandungan sel-sel dalam tubuh manusia akan mengalami pergantian dan peremajaan, minimal setiap setengah tahun. Sementara sel-sel beberapa jaringan peremajaan dalam jangka yang singkat, hanya dalam hitungan hari dan minggu, dengan tetap mempertahankan bentuk genetik luarnya.
Jumlah sel yang mati dalam satu detik mencapai 125 juta sel. Namun jumlah sel yang lahir dan meremaja setiap hari jauh lebih besar lagi.
Hal ini terjadi pada usia pertumbuhan dan usia pertengahan. Seiring dengan bertambahnya usia, maka jumlah sel yang meremajakan diri pun semakin menurun.


Mengingat asam amino adalah zat yang membentuk struktur dasar di dalam sel, maka ketika menjalani puasa Islam, asam vang berasal dari makanan ini dan asam yang timbul dari proses katabolisme pun ditampung menjadi satu di dalam pool penampungan amino dalam liver (amino acid pool).
Lalu terbentuklah berbagai jenis protein sel, protein plasma, hormon, dan komposisi-komposisi penting lainnya.
Sedangkan ketika dalam fase starvasi, sebagian besar asam amino yang berasal dari otot-otot, dan umumnya adalah asam alanin, dikonversi menjadi glukosa darah. Sebagian lagi digu­nakan untuk membentuk protein atau dioksidasi untuk menghasilkan energi setelah terlebih dahulu dikonversi men­jadi asam oksigen (oxoacids).
Dari sini bisa kita lihat, bahwa selama puasa terjadi perubahan dan konversi yang masif di dalam asam amino yang terakumulasi dari makanan. Begitu juga dalam proses katabolisme sel-sel. Asam-asam amino terlebih dahulu dicampuraduk, lalu diformat ulang, untuk kemudian didistribusikan sesuai tingkat kebutuhan sel-sel tubuh.
Hal ini memberikan kesempatan bagi tunas-tunas baru sel untuk memperbaiki (restorasi) bangunannya dan meningkatkan kinerjanya, sehingga membuat badan kembali tumbuh, sehat, dan bugar.
Proses ini tidak terjadi dalam puasa, sebab yang ada di sana hanyalah penghancuran komponen-komponen sel seca­ra terus-menerus, dan terhentinya suplai asam amino pokok.

Lemak menggumpal dalam jumlah yang besar di dalam liver sehingga membuatnya tidak mampu mempro­duksi lemak fosfat dan protein dalam jumlah yang cukup un­tuk memproduksi protein lemak.

Maka, lemak pun tidak ter­angkut dan tersalurkan dari liver ke seluruh bagian tubuh guna membangun sel-sel baru. Penggumpalan lemak di dalam liver juga membuat liver menderita sirosis hati sehingga se­luruh fungsinya pun terganggu.

Kondisi ini tentu saja kontraproduktif dengan peremajaan sel-sel liver sendiri maupun sel-sel tubuh lainnya. Sel liver (yang paling giat dibaning sel lain) yang mencapai 200-300 milyar mengalami peremajaan setiap empat bulan sekali.

Ia mampu memproduksi protein plasma antara 30 hingga 50 gram per hari, membentuk berbagai asam amino dengan proses interkonversi, mengonversi protein, lemak, dan karbo­hidrat menjadi satu sama lain dan mempersembahkannya pada sel-sel tubuh sesuai kebutuhan.

Selain itu, sel liver juga membentuk glukosa dan menyim­pannya demi menjaga tingkat konsentrasinya di dalam darah. Yang terakhir, sel liver mengoksidasi glukosa dan asam amino dalam jumlah tinggi agar bisa digunakan tubuh untuk mem­persiapkan energi yang dibutuhkan dalam mengkonstruksi dan meremajakan sel.


Setiap sel liver mengandung sekitar 1000 satuan mitokondria (penghasil energi). Fungsi lain, sel-sel liver mampu memproduksi enzim- enzim vital dan penting bagi sel-sel tubuh, seperti enzim fos­fat alkalin.

Sel liver memberikan kontribusi yang besar dalam pem­bentukan sel-sel baru. Sebab, ia menyimpan sejumlah mineral dan vitamin penting yang dibutuhkan untuk peremajaan sel tubuh, seperti zat besi, tembaga, vitamin A, B2, B12, dan D.

Tidak hanya itu, sel liver juga memberikan kontribusi terbesar dalam peremajaan sel. Ia membersihkan tubuh dari bahan- bahan beracun yang bisa menghambat proses peremajaan ini atau bahkan merusak sel itu sendiri, seperti racun dalam j bahan ammonia yang meracuni sel-sel otak dan membuat penderita sirosis hati tak sadarkan diri secara total.

Puasa Islam merupakan satu-satunya pola makan yang paling ideal untuk meningkatkan kinerja liver. Puasa Islam menyuplai dengan asam lemak dan asam amino pokok sela­ma makan sahur dan berbuka.

Hasilnya terbentuklah tunas- tunas protein, lemak fosfat, kolestrol, dan lainnya untuk membangun sel baru dan membersihkan lemak yang meng­gumpal di dalam liver setelah santap makan.

jadi bisa disimpulkan, bahwa puasa dalam Islam memiliki peran aktif dalam menjaga vitalitas dan fungsi sel-sel liver, dan lebih lanjut mempengaruhi kecepatan peremajaan sel liver dan seluruh sel tubuh. Ini tidak bisa dilakukan oleh puasa medis maupun kebiasaan menyantap makanan yang kaya lemak.


Sumber: Terapi Puasa, Oleh Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi

Related Posts by Categories



No comments: